Strategi Bank Syariah di Kala Krisis

Posted by ICT | Posted on 6:06 AM

Zona Ekonomi Islam–Saat ini dan ke depan, industri perbankan syariah nasional dihadapkan pada tantangan yang hebat yaitu krisis keuangan global. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini membawa dampak yang luar biasa terhadap perekonomian dan sistem keuangan semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Lesunya perekonomian global ini dapat menghambat akselerasi perbankan syariah, jika tidak segera disiasati dengan tepat. Penurunan laba dan melemahnya kemampuan berkompetisi bank syariah adalah kemungkinan efek negatif yang timbulkan oleh krisis ini. Namun demikian di sisi lain, kondisi sulit ini juga dapat mendorong bank syariah menciptakan investasi atau pembiayaan baru, mengembangkan metode dan instrumen manajemen likuiditas, serta menguatkan daya tahannya di tengah-tengah krisis.

Pada tahun 1998, bank syariah terbukti mampu survive ketika perekonomian Indonesia diguncang krisis moneter. Sekarang, kemampuan bertahan bank syariah itu kembali diuji. Oleh karena itu, pemain industri perbankan syariah harus menerapkan strategi untuk fokus mempertahankan eksistensi agar kemudian dapat menaikkan posisinya pada situasi pasar yang tidak menentu ini.

Bertahan Hidup
Mengadopsi strategi survival menjadi suatu keharusan bagi manajemen bank syariah agar tetap bisa menjalankan fungsi intermediasi di waktu krisis. Strategi ini mencakup pertama, Strategi Konsolidasi. Strategi ini diaplikasikan melalui perlindungan dan penguatan posisi bersaing bank syariah di pasar. Ini tidak berarti manajemen hanya diam menyaksikan dinamika pasar dan invasi pesaing. Manajemen harus fokus pada core competence bank syariah terutama komitmen pada penerapan prinsip-prinsip syariah, kekuatan struktur modal, dan ketersediaan dana pihak ketiga. Kesadaran untuk memenuhi kompetensi akan membantu peningkatan sumber daya yang dimiliki sehingga memberikan posisi bersaing yang lebih baik dibandingkan pesaing.

Kedua, Keunggulan Biaya. Pencapaian tingkat keuntungan bagi pemegang saham dan deposan yang lebih tinggi dari biasanya akan memudahkan bank syariah menerapkan strategi konsolidasi di atas. Cara terbaik adalah dengan memotong biaya operasional (service cost) yang dikeluarkan. Sesungguhnya struktur modal bank syariah tidak mengandung utang sehingga tidak ada pembayaran bunga tetap kepada deposan atau shahibul maal lainnya. Hal ini memberikan keunggulan bersaing bagi bank syariah dibanding bank konvensional karena tekanan terhadap manajemen terkait pengambilan risiko dan keputusan investasi akan sedikit mengendur. Oleh karena itu, biaya manajerial relatif lebih mudah ditangani daripada biaya bunga.

Ketiga, Merger dan Akuisisi. Berdasarkan pengalaman lembaga keuangan maupun non-keuangan, strategi ini merupakan strategi yang paling umum direkomendasikan. Penggabungan usaha akan berpengaruh positif terhadap skala ekonomi, kemampuan bersaing dan bersinergi bank syariah. Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan, yaitu merger dua bank syariah yang lemah hanya akan menghasilkan sebuah bank syariah yang tidak cukup kuat. Perbedaan sifat (sumber dan penggunaan dana, struktur biaya) antara bank syariah dan bank konvensional juga harus benar-benar dipertimbangkan jika diterapkan pada dua jenis bank yang berlainan.

Keluar Menyerang
Strategi ini dapat digunakan bank syariah dengan mengambil inisiatif-inisiatif untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman. Pertama, Ekspansi Pasar. Krisis keuangan global akan memberikan bank syariah peluang yang cukup terbuka untuk memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi dengan bank di segmen pasar yang belum banyak tersentuh ini.

Kedua, Strategi Diversifikasi. Bank syariah bisa mengeluarkan produk baru atau melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah. Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah sakit, dan perusahaan industri lain.

Ketiga, Kepemimpinan Dinamis. Krisis juga otomatis memaksa bank syariah mengubah sasarannya secara mendalam dan struktural. Oleh karena itu, pimpinan bank syariah dituntut mengambil tindakan yang responsif, cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan yang unik dan kuat akan menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi yang telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas operasional bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-manajer bank syariah saat ini ditantang untuk lebih berani mengambil keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon atas situasi yang mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk mengawal bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

Kombinasi usaha di atas diharapkan dapat mewujudkan orientasi industri perbankan syariah nasional menuju kesesuaian dengan fenomena krisis yang terjadi. Sebuah cara yang terintegrasi merupakan isu utama dari strategi-strategi ini. Kerjasama diantara bank syariah akan mempunyai peranan yang signifikan dalam mereduksi efek buruk dari krisis keuangan global. Strategi ini juga berarti membangun kesadaran untuk saling membantu dalam kebaikan (ta’awanu ‘ala al-birri) dan menguatkan persaudaraan antar umat muslim (ukhuwah islamiyah). Sebuah strategi komprehensif yang menyatukan industri perbankan syariah kita di barisan terdepan.

Bukopin Syariah Genjot Pertumbuhan Kredit dan DPK sebesar 30% di 2010

Posted by ICT | Posted on 7:31 PM

PT Bank Syariah Bukopin (BSB) menargetkan pertumbuhan kredit dan perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) di 2010 sebesar 30%.

"Tahun 2010 kita menargetkan kredit dan DPK tumbuh hingga 30%. Saat ini penyaluran kredit sudah mencapai Rp 1,3 triliun dengan DPK sebesar Rp 1,19 triliun." ujar Direktur Utama BSB Riyanto di sela acara perayaan Milad (ulang tahun) ke I BSB di Gedung Bank Syariah Bukopin, Salemba, Jakarta, Rabu (09/12/2009).

Riyanto mengatakan, pada tahun 2010 fokus utama pemberian kredit BSB tetap di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Kami optimistis kredit tahun depan akan tumbuh karena didukung permodalan dari bank induk kita yaitu Bank Bukopin yang rencananya di tahun 2010 akan menambah permodalan BSB," tambahnya.

Permodalan BSB saat ini, lanjut Riyanto, tercatat sebesar Rp 350 miliar. Namun dirinya belum mengetahui berapa besaran dana yang akan dikucurkan Bank Bukopin untuk ekspansi bisnisnya di tahun 2010.

Untuk meningkatkan pertumbuhan DPK, BSB akan menggenjot tabungan dan giro. Sedangkan dana deposito bukan menjadi fokus BSB. "Jenis tabungan di BSB sendiri sudah ada tiga jenis yaitu Tabungan iB Rencana, Tabungan iB Siaga Bisnis dan Tabungan iB Siaga. Untuk jenis Giro ada Giro iB dan untuk dana mahal yaitu Deposito iB," jelasnya.

Sumber : artikel perbankan

Makin Banyak Investor Bentuk Bank Syariah

Posted by ICT | Posted on 2:37 AM

(Vibiznews - Syariah) - Bank Indonesia (BI) menargetkan pangsa pasar ("market share") perbankan syariah nasional mencapai 10 persen pada 2015 setelah makin banyaknya investor yang mengakuisisi bank nasional dan mengkonversinya menjadi bank umum syariah.

Bersamaan dengan itu Direktur Perbankan Syariah BI Ramzi A Zuhdi, di Jakarta, Sabtu, mengatakan perlunya ada penghitungan "share" (pangsa) yang benar antara bank syariah dan bank konvensional.

Ia menilai, rumus penghitungan "market share" yang ada sekarang tidak adil karena total aset bank syariah dibagi dengan total aset bank konvensional pada tahun yang sama.

Jadi yang terlihat "market bank" syariah sangat kecil dan sebaliknya bank konvensional menjadi besar. Perhitungan yang terbaik adalah berdasarkan kinerja dibandingkan dengan pangsa bank konvensional, katanya.

"Itu yang membuat `market share` bank syariah tidak pernah bergerak dari 2 persen karena rumusnya salah. Yang kita ingin kejar adalah pertumbuhan. Kalau pertumbuhan rata-rata diarahkan 30 persen, minimal 25 persen, maka perhitungan kita di 2015 minimal 10 persen. Sedangkan untuk 2009 tergantung pada pertumbuhan ekonomi dan semua sudah memprediksi bakal `slow down` (menurun)," paparnya.

Ramzi menuturkan target BI lainnya adalah hingga akhir tahun 2008 aset bank syariah bisa mencapai Rp50 triliun dan saat ini aset sudah tumbuh Rp40 triliun.

Selain itu ditargetkan pada tahun 2009 ada 10 bank umum syariah karena saat ini baru ada tiga bank umum syariah yaitu Bank Mega Syariah, Bank Mandiri Syariah dan Bank Muamalat.

Lainnya yang akan menyusul adalah BRI Syariah, Bukopin Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah, Bank Victoria Syariah dan Bank Panin Syariah. Ada juga akuisisi maupun merger antara Bank Jabar Banten dengan Qatar Islamic, Albarakah dengan Bank Kesawan dan salah satu bank asal Dubai.

"Bank asal Dubai tersebut mau mendirikan bank sendiri dengan modal awal Rp2 triliun. Mereka sudah mengajukan izin ke Depkumham dan tahun depan mulai beroperasi. Untuk Albarakah sekitar Rp1 triliun yang berasal dari group," paparnya.


Ref : Bank Syariah